Inilah Etika Berkendara Pada Saat Berpapasan di Jalan Raya
|Berita Otomotif- Pada saat berkendara tentunya setiap pengemudi telah memiliki sim atau izin mengemudi. Namun demikian hal tersebut tak menjamin semua pengendara mengetahui dengan benar apa saja dan bagaimana etika yang tepat untuk menjaga keselamatan pada saat di jalan raya. Salah satu etika yang kerap kali menimbulkan maalah di jalanan adalah pada saat berpapasan dengan pengendara lainnya dari laan arah maupun se-arah.
Khususnya selama arus mudik dan balik , sejumlah jalur mudik macet parah. Tak jarang, memilih melintasi jalur alternatif. Kondisi jalan yang dilalui cukup beragam, mulai ekstrem yang berkelok, hingga gang sempit. Bila berpapasan di jalan yang sempit, banyak pengemudi yang kesulitan lantaran lebar jalan hanya dapat digunakan untuk satu kendaraan. Alhasil, salah satu pihak harus mengalah untuk berpapasan agar tidak bersenggolan.
Adapun kondisi jalur seperti itu sering ditemukan di daerah pedesaan, sehingga pengendara mobil pribadi perlu tau diri dan tidak egois. Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving and Consulting Jusri Pulubuhu (JDDC) mengatakan, pengemudi sebaiknya berkendara dengan aman dan melihat sudut terluar kendaraan untuk mencari titik berhenti di bahu jalan saat berpapasan. Jika jalurnya hanya cukup satu mobil, harus mengalah.
Etika Berpapasan Pada Saat Berkendara
Adapun hal yang paling mendasar adalah datang dari diri sendiri yaitu jangan sampai egois, dan akhirnya ketika berpapasan jalan jadi macet. Yang perlu diperhatikan adalah kecepatan pelan saja, sambil lihat di sisi kiri biasanya ada bahu jalan kosong yang digunakan untuk berhenti, sewaktu mobil dari arah berlawanan melintas. Jika jalurnya hanya cukup satu mobil, harus mengalah. Jangan sampai egois, dan akhirnya ketika berpapasan jalan jadi macet.
Seharusnya budaya Indonesia saling menghargai antar pengguna kendaraan pribadi, pemudik sebaiknya tau diri. Komunikasi dengan masyarakat lokal sangat perlu, apalagi papasan di gang yang memang hanya muat untuk satu buah mobil. Anda pasti pernah mengalami kejadian seperti ini. Berkendara di jalan yang sempit namun memang digunakan untuk dua arah, kemudian berpapasan dengan mobil lain dari arah yang berlawanan.
Selain dari dalam diri sendiri, ana juga biasanya masih menemukan banyak orang yang bersikap arogan ketika berpapasan dengan kendaraan lain di jalan yang sempit, salah satunya adalah dengan mengedim lampu dengan maksud untuk diberikan jalan dulu untuk lewat. Padahal menyalakan lampu dim (high beam) bisa mengganggu pandangan pengemudi lain dan bisa berakibat fatal jika tidak hati-hati.
Lampu dim atau lampu jarak jauh kerap digunakan pengemudi untuk memberikan sinyal pada pengemudi lain untuk memberikan jalan, baik ketika saat akan menyalip atau ketika berpapasan di jalan. Lampu dim sejatinya hanya boleh dinyalakan ketika Anda berkendara di jalanan yang gelap dan dengan arus lalu lintas yang tidak padat. Ketika mobil Anda berpapasan dengan mobil lain, lampu dim justru dianjurkan untuk dipindah ke lampu jarak dekat.
Hal ini karena sinar lampu dim jika kena mata pengemudi dari arah berlawanan dari jarak yang dekat akan cukup membuat silau dan membahayakan kendalinya. Lampu dim juga banyak digunakan untuk memberikan sinyal lain kepada pengemudi di depannya ketika akan menyalip. Hal ini juga sebenarnya tidak baik dalam hal etika berkendara, karena lagi-lagi lampu dim yang dinyalakan dalam jarak dekat bisa mengganggu pandangan pengemudi yang lain.